BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Luka
bakar dapat didefinisiskan sebagai suatu kerusakan pada kulit atau kerusakan
jaringan tubuh yang disebabkan oleh suhu panas, kimia, radiasi atau elektrik.
Berat dan ringannnya luka bakar tergantung pada jumlah area permukaan tubuh,
derajat kedalaman dan lokasi luka bakar yang terjadi.
B.
Patofisiologi
Reaksi
yang terjadi karena luka bakar akan menyebabkan perubahan dan gangguan vascular
dan system lain pada tubuh. Dengan kerusakan jaringan mengawali serangkaian
kejadian melalui sel dan aktivitas mediator dengan sitokain sebagai peran
sentral ( Sim KM, 2002 ). Sitokain diproduksi oleh tipe sel yang ikut
mengaktifkan makrofag dan monosit.
Luka bakar disebabkan oleh peralihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh,panas dapat dipindahkan melalui hantaran atau radiasi
elektromagnetik, ada beberapa hal
yang meyebabkan luka bakar meliputi: termal, kimia, dan juga radiasi, luka
bakar pun menghasilkan respon
bermacam respon meliputi: respon sistemik, kardiovaskular, efek pada cairan elektrolit dan volume darah, pulmoner,
dan respon sistemik lainnya.
Berat ringannya luka bakar tergantung pada faktor, agent, lamanya
terpapar, area yang terkena, kedalamannya, bersamaan dengan trauma, usia dan
kondisi penyakit sebelumnya.
Derajat luka bakar terbagi menjadi tiga bagian; derajat satu (superficial)
yaitu hanya mengenai epidermis dengan ditandai eritema, nyeri, fungsi fisiologi
masih utuh, dapat terjadi pelepuhan, serupa dengan terbakar mata hari
ringan. Tampak 24 jam setelah terpapar
dan fase penyembuhan 3-5 hari. Derajat
dua (partial) adalah mengenai dermis dan epidermis dengan ditandai lepuh
atau terbentuknya vesikula dan bula, nyeri yang sangat, hilangnya fungsi
fisiologis. Fase penyembuhan tanpa
infeksi 7-21 hari. Derajat tiga atau
ketebalan penuh yaitu mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, tanpa
meninggalkan sisa-sisa sel epidermis untuk mengisi kembali daerah yang rusak,
hilangnya rasa nyeri, warnanya dapat hitam, coklat dan putih, mengenai jaringan
termasuk (fascia, otot, tendon dan tulang).
Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam
sirkulasi kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem
kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan
akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler kedalam jaringan
interstisial. Eritrosit dan leukosit
tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui
evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan
respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat
terjadi ilius paralitik, tachycardia dan tachypnea merupakan
kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan
oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan
terjadi vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan
oliguri.
Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap injury pada
anak/orang dewasa dan perpindahan cairan setelah injury thermal.
Dalam 24 jam pertama
Luka Bakar
Meningkatnya
permeabilitas kapiler
Hilangnya plasma, protein, cairan dan elektrolit
dari volume sirkulasi
ke dalam rongga interstisial :
hypoproteinemia,
hyponatremia, hyperkalemia
Hipovolemi
Syok
Mobilisasi kembali cairan setelah 24 jam
Edema jaringan yang
terkena luka bakar
Compartment intravascular
Hypervolemia, hypokalemia, hypernatremia
C.
Efek
Patofisiologi Luka Bakar
Pada
Kulit,Perubahan
patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung
pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns),
respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri.
Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan
tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh
terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri.
Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh,
seperti :
1.
Sistem
kardiovaskuler
Segera
setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine,
histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang
mengalmi injuri. Substansi-substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas
kapiler sehingga plasma merembes (to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri
panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan
permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel menyebabkan
sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan
tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular
dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan
volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh
general baik pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami
luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut
jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine dan
terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output. Kadar
hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan
intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka
terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang
normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml.
Keadaan
ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler
tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman
kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.
Kurang
lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak
mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput
kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik
tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini
terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada
awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah
normal dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan
kerusakan yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan
edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.
2.
Sistem
Renal dan Gastrointestinal
Respon
tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR
(glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju
usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan
disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
3.
Sistem
Imun
Fungsi
sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu
penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan
perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada
klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan
resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.
4.
Sistem
Respiratori
Dapat
mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen
arteri dan “lung compliance”.
a. Smoke
Inhalation.
Menghisap
asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan dengan
injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari
30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api.
Manifestasi
klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai
wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut
hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada selaput
hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum,
dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis.
Patofisiologi
pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat dan
tipe asap atau gas yang dihirup.
b. Keracunan
Carbon Monoxide.
CO
merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik terbakar.
Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat
mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO,
maka molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan
hemoglobin sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan dapat
terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen
dalam darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah.
D.
Respon Lokal
Pada luka bakar terjadi 2 respon yaitu Respon lokal dan Respon
sistemik.
1.
Pada respon
lokal terdapat tiga zona menurut jackson :
a.
Zona Koagulasi ; area luka bakar adalah area jaringan yang tidak
hidup.
b.
Zona Statis ; jaringan yang masih hidup beresiko dan mudah
rapuh karena menurunnya perfusi.
c.
Zona Hiperemi ; pada area sekeliling luka juga akan terlibat
dalam proses radang akan tetapi pada jaringan yang utuh.
E. Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar
kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Perhitungan
luas luka bakar antara lain berdasarkan rule
of nine dari Wallace, yaitu:
a. Kepala
dan leher: 9 %
b. Ekstremitas
atas: 2 x 9 % (kiri dan kanan)
c. Paha
dan betis-kaki: 4 x 9 % (kiri dan kanan)
d. Dada,
perut, punggung, bokong: 4 x 9 %
e. Perineum
dan genitalia:1 %.
2. Rumus
tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh
karena itu, digunakan rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 dari Lund dan
Browder untuk anak (lihat gambar di bawah ini ). Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus-rumus tersebut di atas
adalah luas telapat tangan dianggap = 1 %.
3.
Menentukan luas luka bakar menurut Lund dan
Browder :
Tingkat
Usia
Area
luka bakar
|
0-1
Tahun
|
1-4
Tahun
|
5-9
Tahun
|
10-14
Tahun
|
15
Tahun
|
Dewasa
|
2
%
|
3
%
|
Total
|
Kepala
|
19
|
17
|
13
|
11
|
9
|
7
|
|||
Leher
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
|||
Dada
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
|||
Punggung
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
13
|
|||
Lengan
kanan atas
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|||
Lengan
kiri atas
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|||
Lengan
kanan bawah
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
|||
Lengan
kiri bawah
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
|||
Tangan
kanan
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|||
Tangan
kiri
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|||
Genetalia
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|||
Bokong
kanan
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|||
Bokong
kiri
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
2,5
|
|||
Paha
kanan
|
5,5
|
6,5
|
8
|
8,5
|
9
|
9,5
|
|||
Paha
kiri
|
5,5
|
6,5
|
8
|
8,5
|
9
|
9,5
|
|||
Tungkai
kanan
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
6,5
|
7
|
|||
Tungkai
kiri
|
5
|
5
|
5,5
|
6
|
6,5
|
7
|
|||
Kaki
kanan
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
|||
Kaki
kiri
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
|||
Total
|
0 komentar:
Posting Komentar