Resource

berawal dari sebuah ketidakadaan......

MIMPI adalah HARAPAN, dan HARAPAN pasti akan datang..... hanya perlu 3 grade untuk memperoleh buah mimpi : 1. Hope 2. Amunisi 3. Fight

Terbentuk Sebuah perkumpulan dari sebuah hasil Musyawarah

Pada tahun 2007 Himpunan Mahasiswa S1 STIK Muhammadiyah Pontianak

Berkembang dari secerah Harapan untuk Maju

Terbentuk berbagai macam Program-program demi untuk memajukan profesi tercinta...

Terdaftar Menjadi Anggota tetap ILMIKI

Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia

BIMKES

Berkala Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Indonesia

Selasa, 16 Oktober 2012

AKSI di GEDUNG DPR RI MAHASISWA Keperawatan seluruh indonesia atas nama ILMIKI

 
aksi SAHKAN RUU Keperawatan Di Gedung DPR RI
http://video.tvonenews.tv/arsip/view/62918/2012/10/15/demo_ratusan_mahasiswa_calon_perawat_tuntut_pengesahan_ruu_keperawatan.tvOne

Kamis, 27 September 2012




2012
MAKALAH LKMM NASIONAL VI ILMIKI
Tema : .         Citra Perawat di Media Massa

“ ketenaran perawat ditelevisi membawa dampak bagi citra profesi“
DISUSUN OLEH :
NAMA : ZULHAIRU
NIM : SR 102040515
                             STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK
IKATAN LEMBAGA MAHASISWA ILMU KEPERAWATAN INDONESIA



KATA PENGANTAR
            Assalamualaikum wr...wb....
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang merupakan salah satu persayaratan pendaftaran keikutsertaan LKMM Nasional VI ILMIKI tentang“ ketenaran perawat ditelevisi membwa dampak bagi citra profesi“
 Adapun isi makalah ini berisi tentang bagaimana dampak televisi terhadap citra perawat dimata masyarakat..
Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini,yaitu:
1.      Allah SWT;
2.      Kedua orang tua yang selalu mendukung saya;
3.      Ketua STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK ibu Wuriani,S.Kep.Ners yang telah memberi izin keikutsertaan LKMM nasional VI ILMIKI;
4.      Ketua puket 1 bapak Imran,S.Kep.Ners yang telah memberi bimbingan kepada saya;
5.      Ketua Badan Esekutif Mahasiswa Deni Aryadi yang telah memberikan rekomendasi keikutsertaan LKMM nasional VI ILMIKI.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Maka dari itu saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kebenaran hanya datang dari Allah dan keselahan dating dari kita sendiri
Billahi fasibilil haq fatabiqul khairot
Wassalamualaikum,Wr...Wb...
                                                                       Pontianak, agustus 2012

penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perawat merupakan suatu profesi yang mulia. Seorang perawat mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat klien tanpa membeda-bedakan mereka dari segi apapun. Setiap tindakan dan intervensi yang tepat yang dilakukan oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi nyawa orang lain.
Belakangan ini berkaitan dengan berkembangan jaman banyak informasi yang kita dapat tentang perawat di media masa, salah satunya televisi sehingga banyak tanggapan masyarakat tentang perawat.

B.     Masalah
Adapun masalah yang saya angkat dimakalah saya ini adalah
1.      Apa itu perawat dan  televisi
2.      Apa hubungan citra seorang perawat dengan televisi serta dampaknya ?
3.      Apa Tangapan masyarakat tentang perawat ?

C.     Tujuan
1.      Menjelaskan apa itu profesi keperawatan dan menjelaskan pengertian televisi
2.      Menjelaskan hubungan citra seorang perawat dengan televisi serta dampaknya
3.      Menjelaskan tanggapan masyarakat tentang perawat


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
 
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan untuk melakukan tindakan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang melalui pendidikan yang telah didapat ( UU. Kesehatan, no 23 1992 ).
Menurut effendy 1995, perawat adalah seseorang yang memberikan perawatan yang esensial terhadap individu, keluarga dan masyarakat, pelayanan yang diberikan adalan upaya dalam mencapai derajat kesehatan semaksimal mungkin yang berupa promotif, preventif, kuratif dan rahabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan.
Perawat adalah salah satu profesi dibidang kesehatan yang memiliki peran dan fungsi yang sangat mulia. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21). Dari pengertian peran yang dikemukankan kozier dapat disimpulkan bahwa peran seorang perawat adalah bentuk tindakan atau prilaku yang dilakukan seseorang pada saat situasi tertentu, misalnya seorang perawat yang melakukan pemasangan infuse kepada seorang klien, selain itu juga seorang perawat juga bertugas untuk melayani pasien dengan maksimal sehingga klien merasa nyaman dan adanya saling percaya antara stu sama lain dalam melakukan tindakan.
Televisi merupakan sarana untuk mendapatkan informasi baik itu informasi positif maupun negative, bahkan kerena televisi gay hidup sesorang bisa berubah. Sebagian besar penduduk dunia mungkin memiliki televisi dirumahnya selain mendapatkan informasi juga sebagai hiburan untuk mengisi waktu luang, bahkan pada saat ini menonton di televisi merupakan hobi.
Karena hal itulah bayk hal positif maupun negatif yang dapat ditimbulkan oleh televisi salah satunya dibidang profesi yaitu citra seorang perawat.
B.     Hubungan citra perawat dengan televisi dan dampaknya
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQmt7-kjTciCgKPJRxZrqjTaPipQSDJbziUBa0ys2K5SfkstQiT
Belakangan ini banyak televisi yang menayangkan film atau acara tentang kesehatan, salah satunya keperawatan.
Acara-acara tersebut mulai dari iklan yang positif  sampai film yang menjatuhkan citra perawat, di Indonesia sangat banyak film atau iklan yang menggunakan gambaran perawat tapi hal tersebut menimbulkan pandangan yang baik dan buruk terhadap citra perawat.
Adapun dampak positifnya misalnya, iklan kesehatan yang menggambarkan tindakan perawat yang memberikan pringatan tentang hidup sehat atau promotif dan merawat pasien sampai tidak tidur bahkan menyuapkan pasien makan, disitulah bisa kita lihat betapa mulianya seorang perawat.
Sedangkan dampak negatinya adalah gambaran seorang perawat perempuan yang sexy, centil, sombong, bahkan kasar kepada pasien.
Beberapa penelitian telah difokuskan pada bagaimana media stereotip melemahkan keperawatan. Seperti yang kita dicatat dalam lembaran terakhir kami, pada tahun 2008 sarjana keperawatan di Dundee University menemukan bahwa televisi gambar perawat sebagai "bodoh, bimbo gila seks" berkecil akademis maju siswa sekolah dasar dari mengejar profesi. Ini tinggi mencapai siswa melaporkan bahwa sumber utama informasi tentang keperawatan adalah acara televisi seperti Casualty drama berjalan lama BBC.
Bukan hanya anak-anak yang mudah dipengaruhi dipengaruhi oleh bagaimana media hiburan menyajikan perawatan kesehatan.  Pada bulan Maret 2009 University of Alberta dalam penelitianya yang diterbitkan dalam jurnal Resuscitation menemukan bahwa dokter dan mahasiswa kedokteran telah belajar teknik intubasi yang salah dengan menonton acara televisi ER dan lainnya, Sehingga keperawatan sangat rendah dimata dokter.
Dari penelitian tersebut, kita sudah tahu bahwa televisi juga bisa membuat citra buruk seorang perawat, selain penelitian di atas di Indonesia gambaran perawat banyak terdapat dalam sinetron yang mana perawat menjadi bwahan dokter, dimaki-maki dokter karena salah melakukan tindakan, hal ini menimbulkan hal yang negatif terhadap profesi perawat seolah-olah perawat bertindak atas perintah seorang dokter. Salin itu juga terdapat juga produksi film horor dimana soerang perawat yang berpenampilan sexy, terutama perawat perempuan yang membuat penonton mempunyai anggapan negatif terhadap perawat , gambaran lain juga terdapt dalam film “ SUSTER NGESOT “ yang mana perawat menjadi hantu yang menakutkan. Betapa buruknya citra seorang perawat, dimanakah kode etik yang mngatur jiwa seorang perawat ?.

C.    Tanggapan Masyarakat Terhadap Perawat.
http://2.bp.blogspot.com/-KvFAFetfS_w/T6RYOieKPOI/AAAAAAAAAfo/SuqT8abTr08/s320/baby-nurse.jpg
Seperti yang telah di paparkan diatas begitulah gambaran seorang perawat baik itu bagian yang positif sampai yang negatif, tetapi lebih banyaknya mngarah ke hal yang negatif. Terus bagaimana nasib, akibat dan tanggapan masayarakat mas Bro ?
Mungkin setalah kita membaca gambaran seorang perawat di media hiburan khususnya televisi yang tidak mendidik kita dapat menyimpulkan sendiri bagaimana tanggapan masyarakat melihat hal tersebut, betapa buruknya citra perawat, tapi ada beberapa tanggapan masyarakt yang perlu dibenarkan terhadap profesi keperawatan.
Dibawah ini beberapa tanggapan masyarakat terhadap profesi keperawatan setelah melihat gambaran perawat di media hiburan ( televisi ) :
1.      Perawat adalah sesorang yang sexy, genit sering menggoda pasiennya.
2.      Perawat kelihatan bodoh dan rendah daripada dokter
3.      Perawat bertindak sesuai instruksi dokter dan merupakan asisten dokter ( pembantu dokter )
4.      Perawat dipandang kasar, jahat dan keras
5.      Perawat itu sesorang yang sombong terhadapt pasien
6.      Perwat membedakan dalam merawat pasien
Hal ini perlu kita lihat secara langsung dan di teliti apakah tanggapan tersebut benar, ataukah tanggapan tersebut muncul karena adanya gambaran perawat dimedia hiburan tidak mendidik.
Keperawatan memiliki banyak masalah saat ini, termasuk pendek staf, kondisi kerja yang buruk, dan pebayran yang tidak sesuia terhadap keterampilan dan tanggung jawab pekerjaan. Semua ini harus ditangani. Tapi meningkatkan bagaimana orang melihat profesi ini salah satu yang paling penting. Kenapa? Karena kurang menghargai menyebabkan kurangnya kekuasaan dan sumber daya untuk praktek keperawatan, pendidikan, dan penelitian. Ketika perawat kekurangan, pasien tidak menerima perawatan penting. Perawat membakar dan meninggalkan sisi tempat tidur. Perawat underpaid mencari profesi lain. Tanpa dana yang cukup. Dan dasar profesi pengetahuan klinis dan teoritis mengikis.
Ketika perawat kekurangan daya, mereka tidak bisa melakukan advokasi untuk pasien, dan pasien meninggal akibat kesalahan dan ketidakmampuan. Maret 2009 fitur di The Sunday Times (Inggris) bercerita tentang seorang perawat tersiksa di India yang secara teratur memberikan suntikan dengan jarum yang digunakan karena dia tidak bisa mempertanyakan dokter dihormati dan manajer rumah sakit yang bersikeras praktek berpotensi mematikan.
Dan ketika perawat kekurangan daya, mereka menderita pelecehan dari rekan kerja dan pasien. Menurut sebuah studi tahun 2008 oleh Komisi Bersama AS pada Akreditasi Organisasi Kesehatan, lebih dari separuh perawat AS telah diintimidasi pada pekerjaan. Efek umum termasuk tekanan yang parah, depresi, insomnia dan perawat-sendiri melanjutkan siklus kekerasan.
Dari tanggapan diatas mungkin ada beberapa gambaran yang mungkin benar terjadi di rumah sakit-rumah sakit  salah satunya perawat yang sombong dan berkarja sesuai instruksi dokter , hal ini menimbulkan pandangan buruk kepada perawat padahal tidak semua perawat seperti itu, dan hal ini juga yang dapat menimbulkan juga pemikiran bahwa dokter lebih pintar dari perawat, padahal jika perawat cukup pintar mungkin bisa melakukan tindakan tanpa instruksi dari dokter, jadi untuk apa kita kuliah yang memperoleh gelar doctor  jika melakukan tindakan harus menuggu dokter, dan akhirnya pasien meninggal. Inilah yang menyebabkan anggapan bahwa perawat pembantu dokter. Selain itu juga karena tayangan di televisi yang tidak mendidik juga menggambarkan bahwa perawat dan dokter masuk kekamar pasien dengan perawat membawa daftar nama pasien dan diperintahkan dokter untuk memeriksa pasien, hal ini juga menimbulkan anggapan perawat pembantu dokter.
Mungkin banyak hal yang perlu diluruskan dalam profesi keperawatan dari pandangan mayarakat setelah melihat hiburan di Televisi, bahwa perawat itu tidak centil, tidak sombong, dan bekerja sesuai prosedur ya walaupun hal itu tidak mudah dan perlunya usaha. Disinilah peran organisasi keperawatan dan mahasiswa keperawatan  untuk meningkatkan citra perawat yang terpuruk di mata masyarakat untuk menjadi lebih baik, dan juga peran pemerintah juga sangat penting untuk profesi keperawatan, terutama masalah pembyaran dan juga mengesahkan RUU keperawatan agar perawat bisa berkerja lebih professional karena di rumah sakit- rumah sakit perawat lah yang lebih dekat dengan pasien selama 24 jam, sedangkan dokter mungkin hanya 5 menit. “Ingat mas bro profesi keperawatan saat ini ada ditangan kita agar menjadi perawat yang ideal”
Tapi  seorang perawat ideal bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi untuk membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat telah didekatkan dengan citra perawat yang identik dengan sombong, tidak ramah, genit, tidak pintar seperti dokter dan sebagainya seperti yang telah di jelaskan diatas .
Seperti itulah kira-kira citra perawat di mata masyarakat yang banyak digambarkan di televisi melalui sinetron-sinetron tidak mendidik. Untuk mengubah citra perawat seperti yang banyak digambarkan masyarakat memang tidak mudah, tapi itu merupakan suatu keharusan bagi semua perawat, terutama seorang perawat profesional. Seorang perawat profesional seharusnya dapat menjadi sosok perawat ideal yang senantiasa menjadi role model bagi perawat vokasional dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat profesional memiliki pendidikan yang lebih tinggi sehingga ia lebih matang dari segi konsep, teori, dan aplikasi. Namun, hal itu belum menjadi jaminan bagi perawat untuk dapat menjadi perawat yang ideal karena begitu banyak aspek yang harus dimiliki oleh seorang perawat ideal di mata masyarakat.
Perawat yang ideal adalah perawat yang baik. Begitulah kebanyakan orang menjawab ketika ditanya mengenai bagaimana sosok perawat ideal di mata mereka. Mungkin kedengarannya sangat sederhana. Namun, di balik semua itu, pernyataan tersebut memiliki makna yang besar. Masyarakat ternyata sangat mengharapkan perawat dapat bersikap baik dalam arti lembut, sabar, penyayang, ramah, sopan dan santun saat memberikan asuhan keperawatan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita memang masih menemukan perilaku kurang baik yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap klien saat menjalankan tugasnya di rumah sakit. Hal itu memang sangat disayangkan karena bisa membuat citra perawat menjadi tidak baik di mata masyarakat. Ternyata memang hal-hal seperti itulah yang memunculkan jawaban demikian dari masyarakat.
Untuk menjadi perawat ideal di mata masyarakat, diperlukan kompetensi yang baik dalam hal menjalankan peran dan fungsi sebagai perawat. Seorang perawat profesional haruslah mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Adapun peran perawat diantaranya ialah pemberi perawatan, pemberi keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manajer kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan, komunikator, penyuluh, dan peran karier. Semua peran tersebut sangatlah berpengaruh dalam membangun citra perawat di masyarakat.
Namun, disini saya akan menekankan peran yang menurut saya paling penting dalam membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Peran–peran tersebut diantaranya ialah peran sebagai pemberi perawatan, peran sebagai pemberi kenyaman dan peran sebagai komunikator.





















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Televisi adalah media hiburan yang dapt mempengaruhi pandangan masyarakt, terutama profesi keperawatan baik dari hal yang baik sampai hal yang buruk. Disini peran kita sebai mahasiswa keperawatan untuk mengembalikan citra perawat dimata masyarakat bahwa kita BUKAN pembantu dokter, BUKAN perawat yang sombong tetapi kita juga membutuhkan hak yang sama denga profesi kesehatan lainnya.
B.     Saran
Demikianlah makalah yang saya buat semoga makalah saya ini dapat meningkatkan semangat kwan-kawan untuk menungkatkan citra perawat serta menghupus tanggapan yang didak benar tentang perawat.


DAFTAR PUSTAKA
 Effendi, N (1995 ). Pengantar Proses keperawatan. Jakarta : EGC
 http://mhs.blog.ui.ac.id/rani.setiani/2009/05/04/peran-perawat-profesional-dalam-membangun-citra-perawat-ideal-di-mata-masyarakat/, diakses 26 agustus 2012
www. nursing time.net.com diakses 26 agustus 2012

     Kelly Brewington (7 Januari 2010 ) www. Perawat TV - yang baik dan yang buruk.com diakses 26 agustus 2012


 
2012
MAKALAH LKMM NASIONAL VI ILMIKI
Tema :  Penerapan Kolaborasi Pendidikan dan Praktik Antar Profesi Kesehatan
“ Penerapan Kolaborasi Perawat Dalam Tindakan Operasi“
DISUSUN OLEH :
NAMA : ZULHAIRU
NIM : SR 102040515
STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK
IKATAN LEMBAGA MAHASISWA ILMU KEPERAWATAN INDONESIA






KATA PENGANTAR
            Assalamualaikum wr...wb....
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang merupakan salah satu persayaratan pendaftaran keikutsertaan LKMM Nasional VI ILMIKI tentang“Penerapan Kolaborasi Perawat Dalam Tindakan Operasi“
 Adapun isi makalah ini berisi tentang bagaimana peran profesi perawat dalam tindakan operasi
Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini,yaitu:
1.      Allah SWT;
2.      Kedua orang tua yang selalu mendukung saya;
3.      Ketua STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK ibu Wuriani,S.Kep.Ners yang telah memberi izin keikutsertaan LKMM nasional VI ILMIKI;
4.      Ketua puket 1 bapak Imran,S.Kep.Ners yang telah memberi bimbingan kepada saya;
5.      Ketua Badan Esekutif Mahasiswa Deni Aryadi yang telah memberikan rekomendasi keikutsertaan LKMM nasional VI ILMIKI.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Maka dari itu saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kebenaran hanya datang dari Allah dan keselahan dating dari kita sendiri
Billahi fasibilil haq fatabiqul khairot
Wassalamualaikum,Wr...Wb...
                                                                       Pontianak, agustus 2012
penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Perkembangan, kemajuan, dan terlaksananya suatu perkerjaan atau suatu bidang tidak lepas dari kerjasama, tanpa kerja sama suatu masalah akan susah diselsaikan. Begitu juga di bidang kesehatan tanpa kerjasama atau kolaborasi akan susah untuk mencapai kesehatan yang maksimal.

B.     MASALAH
Adapun masalah yang saya angkat pada makalah saya ini adalah tentang”Bagaiman penerapan kolaborasi perawat dengan tim medis dalam tindakan operasi ?”

C.     TUJUAN
Tujuannya adalah menjelaskan penerapan praktik keperawatan dalam berkolaborasi



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat. (CIFOR/PILI, 2005).
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan.
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis.
Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.


B.     Faktor-faktor yang terkait dalam pembedahan
Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri.
Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalahhal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami.
Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien. Selain tindakan perawatan hal terbut harus sesuai dengan tindakan kolaborasi yaitu perawatan yang dilakukan perawat seperti member penjelasan terhadap klien dan keluarga tentang operasi, serta penjelasan tentang anastesi yang dilakukan dokter anastesi.
C.    Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif
Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori. Individu dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau umum.
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Prosedur tindakan pembedahan pun mengalami kemajuan yang sagat pesat. Dimana perkembangan teknologi mutakhir telah mengarahkan kita pada penggunaan prosedur bedah yang lebih kompleks dengan penggunaan teknik-teknik bedah mikro (micro surgery techniques) atau penggunaan laser, peralatan by Pass yang lebih canggih dan peralatan monitoring yang kebih sensitif. Kemajuan yang sama juga ditunjukkan dalam bidang farmasi terkait dengan penggunaan obat-obatan anstesi kerja singkat, sehingga pemulihan pasien akan berjalan lebih cepat. Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan dan teknik anastesi tentunya harus diikuti oleh peningkatan kemampuan masing-masing personel (terkait dengan teknik dan juga komunikasi psikologis) sehingga outcome yang diharapkan dari pasien bisa tercapai.
Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas. Namun juga diikuti oleh perubahan pada pelayanan. Untuk pasien-pasien dengan kasus-kasus tertentu, misalnya : hernia. Pasien dapat mempersiapkan diri dengan menjalani pemeriksaan dignostik yang dilakukan tim medis lainya  dan persiapan praoperatif lain sebelum masuk rumah sakit. Kemudian jika waktu pembedahannya telah tiba, maka pasien bisa langsung mendatangi rumah sakit untuk dilakukan prosedur pembedahan. Sehingga akan mempersingkat waktu perawatan pasien di rumah sakit.
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase. Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima.
D.    Gambaran Umum Masing-Masing Tahap Dalam Keperawatan dan Kolaboratif
1.       Fase pra operatif; dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pra operatif dan menyiapkan pasien untuk anstesi yang diberikan dan pembedahan.
Pemberian anastesi yang dilakukan dokter anastesi serta tindakan pembedahan dilakukan oleh dokter bedah dan tim medis lainya.
2.       Fase intra operatif; dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh: memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien d atas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
3.       Fase pasca operatif; dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (Recovery Room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktivitas keperawaan mecakup renatang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan. Pada saat pemulangan juga tidak lepas dari aktivitas kolaborasi mulai dari pemberian resep obat untuk kesembuhan operasi yang dilakukan dokter, pemberian obat yang dilakukan oleh apoteker.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kesuksesan tindakan operasi atau pembedahan tidak lepas dari kegiatan kolaborasi antara tim medis, mulai dari perawatan klien sebelum operasi sampai pemulangan, misalnya dukungan psikologis dan perawatan setelah operasi setelah operasi, pembedahan yang dilakukan dokter bedah, pemberian anastesi yang dilakukan dokter anastesi, pemberian obat oleh apoteker.

B.     SARAN
Demikianlah makalah yang saya buat semoga bermanfaat bagi pembaca dan mencari referensi lain tentang kegiatan kolaboratif untuk menambah wawasan.











DAFTAR PUSTAKA

http://ecopedia.wordpress.com/ ( diakses 26 agustus 2012 )
www. Perawat absorb. Com ( diakses 26 agustus 2012 )